Raja Dangdut vs Gubernur DKI, Siapa Lebih Unggul untuk Jadi Capres RI?


Untuk kedua kalinya Joko Widodo atau Jokowi menjadi calon presiden terpopuler dalam survei yang dilakukan dua lembaga pada Januari-Februari 2013.

Jokowi sebagai calon muda mengalahkan kaum tua seperti Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla maupun Aburizal Bakrie. Namun Jokowi memilih tetap mengurus Ibukota DKI Jakarta.

Survei terakhir yang dilakukan Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Jokowi memiliki elektabilitas 18,1 persen. Prabowo urutan kedua hanya 10,9 persen. "Citra publik pada Jokowi sangat positif. Wajar jika dia di urutan pertama," ungkap peneliti senior LSJ Rendy Kurnia dalam jumpa pers yang digelar di Jakarta, Selasa (19/2).

Survei LSJ dilakukan 9 sampai 15 Februari 2013 di 33 provinsi dengan 1.225 sampel.
Pada survei tersebut, Wiranto menempati urutan ketiga dengan elektabilitas 9.8 persen, Jusuf Kalla 8.9 persen, Aburizal Bakrie 8.7 persen, dan Megawati Soekarnoputri 7.2 persen.

Selanjutnya Mahfud MD 5.4 persen, Dahlan Iskan 3.6 persen, Hatta Rajasa 2.9 persen, Surya Paloh 2.5 persen, Rhoma Irama 1.7 persen, Muhaimin Iskandar 1.1 persen, dan Anas Urbaningrum 0.5 persen.

Sebelumnya, Jokowi juga menjadi capres terpopuler dari hasil survei yang dilakukan Pusat Data Bersatu (PDB) pimpinan Didik J Rachbini. Pada survei PDB, Jokowi memiliki elektabilitas 21,2 persen. Disusul kemudian oleh Prabowo dengan 18,4 persen, Megawati 13 persen, Rhoma Irama 10,4 persen, Aburizal Bakrie 9,3 persen, dan Jusuf Kalla 7,8 persen).

Jokowi mengatakan bahwa dirinya tidak berminta menjadi capres. "Tanggapannya sama, saya nggak mikir, saya mau ngurus macet dan banjir," ujar Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Selasa (19/2).

Saat disebut sebagai capres terpopuler oleh PDB, Jokowi juga mengatakan tidak akan maju menjadi capres. Ia memilih untuk mengurus Ibukota. "Saya mau fokus bekerja di DKI menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Saya mau fokus menyelesaikan banjir, menyelesaikan macet, bajaj, monmorail, MRT, ini mau saya selesaikan," kata Jokowi.

Pengamat politik Fadjroel Rachman memprediksi jika Jokowi tetap unggul hingga 2014 nanti, maka bisa terjadi transisi kepemimpinan di Indonesia dari golongan tua ke muda. Dengan posisi seperti ini, maka generasi Maghribi atau sunset generation seperti Prabowo, Wiranto, Jusuf Kalla, dan Aburizal, Megawati, harusnya berisitirahat. "Dari sinilah nanti bisa terjadi transisi kepemimpinan," jelas Fadjroel.

Sekjen Asosiasi Riset dan Opini Publik Seluruh Indonesia (Aropi) Umar S Bakry mengaku tak kaget munculnya nama Jokowi. "Saat ini masyarakat mengharapkan kepemimpinan nasional yang baru tidak punya beban sejarah masa lalu dan itu ditemukan pada Jokowi," ujar Umar.

Maju tidaknya Jokowi sebagai capres nanti, menurut Fadjroel itu tergantung Megawati sebagai Ketua Umum PDIP yang mengusung Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Senada dengan Fadjroel, Umar mengatakan bahwa Jokowi bukan tipe orang yang mementingkan diri sendiri.

Ia seorang kader PDIP yang loyal. Bukan saja terhadap partai, Jokowi juga loyal kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. "Untuk jadi capres, semuanya terpulang pada Megawati. Kalau Megawati ingin maju, peluang terbesar presiden ada di Prabowo. Kalau Megawati rela jatah capresnya untuk Jokowi, semua capres lain akan dilibas," terang Umar.

Umar yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) menambahkan, hampir setiap survei LSN, Jokowi selalu mendapat suara 20 persen ketika responden ditanyakan, siapa calon presiden 2014 nanti. Dan itu hampir terjadi di banyak wilayah.

"Yang paling besar adalah hasil survei LSN di Sumatera Utara. Di mana hampir 65 persen responden memilih Jokowi. Kami survei di Papua, NTB, Jawa Barat, elektabilitas Jokowi di atas 20 persen. Jokowi benar-benar fenomenal," ujarnya.

Dengan memiliki Jokowi, pada 2014 nanti PDIP bukan lagi partai dengan label kuda hitam. PDIP justru akan menjadi partai penentu masa depan politik Indonesia. Megawati pada 2014 kelak, menurut Fadjroel akan menjadi sentrum bagi harapan perubahan wong cilik.

Seandainya Megawati legowo dan merestui Jokowi sebagai anak emas maju dalam capres, PDI P untung dobel. Pertama PDIP sukses dengan kaderisasinya, kedua sikap dan restu Megawati kepada Jokowi sedikit banyak akan membesarkan partai berlambang banteng gemuk ini.

"Pemimpin yang diinginkan rakyat adalah pro pada rakyat, karena menyelamatkan 250 juta rakyat Indonesia. Toh Jokowi juga menyelamatkan sembilan juta rakyat di DKI. Kalau jadi Jokowi tidak akan meninggalkan rakyat DKI Jakarta," terang Fadjroel.

Menurut Fadjroel, kelompok tua seperti Megwati, Wiranto, Prabowo, Jusuf Kalla, Aburizal sebaiknya legowo dan memberi ruang kaum muda untuk maju. "Pemipin mau mundur secara legowo, jadi ciri khas kepemimpinan. Termasuk juga legowo menerima Jokowi menjadi calon masa depan," ujar Fadjroel.