Rhoma Irama: Saya Tidak Perlu MInta Maaf Karena Berdakwah

Pedangdut legendaris Rhoma Irama mengatakan tidak merasa perlu meminta maaf atas dakwahnya yang disebut-sebut berbau hasutan suku, agama, ras, dan golongan. Dalam sebuah ceramah di masjid dua pekan lalu, sang raja dangdut meminta warga Jakarta memilih calon gubernur yang seiman.

"Saya rasa tidak perlu meminta maaf kepada Jokowi dan Ahok," ujarnya dalam konferensi persnya di Jakarta, 6 Agustus 2012. Apa yang dia lakukan, kata Rhoma, tidaklah menyudutkan pasangan yang diusung PDIP-Gerindra itu. "Saya hanya berdakwah," ujarnya. "Tidak ada unsur SARA, hanya (penggambaran) identitas masing-masing pasangan."

Rhoma pun mengatakan tidak keberatan bila Ahok melakukan hal serupa. "Bila misalnya Ahok mengajak semua warga Jakarta keturunan Cina atau warga beragama Kristen (memilihnya), so what? Itu tidak apa-apa," katanya.
Rhoma Irama mengaku tak punya masalah pribadi dengan Jokowi-Ahok. "Dalam kehidupan berbangsa bernegara, saya menghormati mereka. Islam sangat toleran," ujarnya. "Tapi dalam konteks kepemimpinan, kita dilarang memilih nonmuslim. Itu harus saya sampaikan."

Rhoma diperiksa Panitia Pengawas Pemilu selama kurang lebih satu jam. Dia terancam dipenjara sampai 18 bulan jika terbukti menghasut warga dengan menggunakan isu suku, agama, ras dan golongan. Namun Ketua Panwaslu, Ramdansyah, mengaku belum bisa mengumumkan temuan lembaganya. “Kami harus mendengar keterangan dari kubu Foke,” katanya. 

Rhoma Menangis
Sebelum diperiksa, Rhoma dan Ketua Panwaslu Ramdansyah menggelar konferensi pers singkat. Rhoma tampak menahan emosi, bahkan matanya berkaca-kaca. Dia terlihat menahan tangis sebelum kemudian menjelaskan ihwal tuduhan bahwa dia sengaja menghasut warga untuk memilih Gubernur Jakarta berdasarkan agama kandidat.

Mengetahui sang ayah bersedih, anak Rhoma Irama, Vicky Irama, mengatakan ayahnya menangis karena terharu. "Bokap menangis bukan karena terpojok, tapi terharu melihat teman-teman yang peduli nama Islam," ujarnya di kantor Panwaslu Jakarta, Senin, 6 Agustus 2012.
Ia pun mempertanyakan adanya pihak yang tersinggung dengan dakwah yang dilakukan sang ayah. "Kalau mau menyiarkan apa yang ada dalam ajaran Anda, silakan, itu amanah," ujarnya.

Vicky yakin ayahnya tidak bersalah. Menurut dia, Rhoma hanya menjalankan tugasnya sebagai pendakwah. "Saya lihat video ceramahnya selama tujuh menit dan jelas sekali itu dakwah," ucapnya.

Ceramah yang dimaksud Vicky adalah siraman rohani yang dilakukan Rhoma di sebuah masjid pada akhir Juli lalu. Ketika itu, raja dangdut ini meminta warga Jakarta memilih calon pemimpin yang seiman.

Rhoma Tidak Sensitf
Pengamat Politik Universitas Gajah Mada Fadjrul Falaakh menyebutkan pedangdut Rhoma Irama tak sensitif dalam memberikan komentar. Menurutnya, omongan Rhoma yang mengatakan umat Islam dilarang memilih pemimpin yang non-muslim tak tepat waktu. "Karena ini di tengah pilkada," katanya saat dihubungi, Senin 6 Agustus 2012.

Fadjrul mengatakan, bahwa calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama beragama Kristen merupakan fakta. Namun karena Rhoma membawa hal tersebut saat berceramah di Masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, maka hal ini menjadi masalah. "Kenapa fakta itu dikomentari, itu yang dipermasalahkan," ujar dia.
Menurut Fadjrul Panwaslu harus menyelidiki struktur Rhoma dalam kampanye. Jika Rhoma terbukti sebagai tim sukses pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang menjadi lawan Jokowi-Basuki, maka ini harus ditindak. "Ada tertib politik yang sudah diatur oleh KPU," katanya.

Namum bila Rhoma mengatakan hal itu sebagai orang biasa, maka perkara ini diserahkan pada Jokowi-Basuki, pasangan yang dinilai dirugikan karena ceramah tersebut. "Apakah mereka merasa dirugikan atau tidak, mereka yang memutuskan," katanya menjelaskan.

Sumber: tempo.co